Pelemeng tereng atau lebih akrab disebut timbung merupakan salah satu makanan khas masyarakat Lombok, akan tetapi timbung tidak se-tenar pelecing atau ayam bakar taliwang. Nama timbung diambil dari nama desa yang berada didekat Bandara selaparang Mataram yang menjadi penghasil makanan ini, sehingga spontan saja masyarakat Lombok yang tidak mau pusing dengan nama memberikan nama kepada makanan ini persis seperti nama desa tersebut yaitu; jaje TIMBUNG.
Timbung dikemas sangat sederhana menggunakan bambu yang terlihat sedikit gosong dengan dilapisi daun pisang didalamnya, kemasan sedarhana inipun menjadikan timbung terlihat sangat khas dan tradisional. Hmmm… beginiliah nasib Timbung yang kurang tenar ini, begitu terlihat sederhana dan tradisional menjadikan timbung disebut sebagai makanan kolot sehingga banyak yang gengsi untuk membelinya. dijual di pinggir jalan bukan di swalayan atau di mall, apalagi ditambah yang jualan tidak pakai pakaian rapi, hanya pakai sarung dan topi ala penjual sapi dan petani.
Masyarakat Lombok, mari kita buka mata dan coba bandingkan dengan makanan yang dijual di mall seperti KFC misalnya. kalau di negara-negara berkembang seperti amerika serikat dan inggirs fast food ala KFC ini biasanya disebut sebagai junk food atau makanan sampah, karena tinggi kolesterol dan juga banyak sampahnya.sedangkan timbung dibuat dengan sangat alami dipanaskan tidak menggunakan gas, hanya menggunakan jangkeh (tungku api kayu tradisional ala sasak), terbuat dari ketan dengan campuran santan kelapa dan di lapisi dengan daun pisang membuat aroma timbung menjadi sangat khas dan alami, terbukti rendah kolesterol dan kaya karbohidrat.
Alhamdulillah saya salah satu orang yang bisa buka mata dan dapat melihat istimewanya makanan tradisional ini, sungguh bangga saya memakannya ditemani oleh penjual timbung yang ramah dan selalu tersenyum ikhlas tak kalah manis dari senyum pelayanan professional di restauran-restaurant sehingga menambah nikmatnya timbung, tak terasa sudah beberapa potong saya habiskan. setiap kali memulai traveling saya dari timur dan melewati kopang tidak pernah lupa membeli beberapa potong timbung untuk saya nikmati dijalan, tak jarang para pedagang itu menawarkan beberapa potongan tambahan secara gratis jika saya membeli lebih dari 5 potong. Sikap yang harus benar-benar ditiru dari mereka, mereka ikhlas memberi tambahan walaupun harga satu potong timbung hanya seribu rupiah.
ayo cintai dan kenali lebih dekat makanan tradisional kita. bagaimanapun ini merupakan warisan dari nenek moyang kita yang musti kita jaga, cintai dan lestarikan. jaya terus kuliner sasak. makyus...
Masyarakat Lombok, mari kita buka mata dan coba bandingkan dengan makanan yang dijual di mall seperti KFC misalnya. kalau di negara-negara berkembang seperti amerika serikat dan inggirs fast food ala KFC ini biasanya disebut sebagai junk food atau makanan sampah, karena tinggi kolesterol dan juga banyak sampahnya.sedangkan timbung dibuat dengan sangat alami dipanaskan tidak menggunakan gas, hanya menggunakan jangkeh (tungku api kayu tradisional ala sasak), terbuat dari ketan dengan campuran santan kelapa dan di lapisi dengan daun pisang membuat aroma timbung menjadi sangat khas dan alami, terbukti rendah kolesterol dan kaya karbohidrat.
Alhamdulillah saya salah satu orang yang bisa buka mata dan dapat melihat istimewanya makanan tradisional ini, sungguh bangga saya memakannya ditemani oleh penjual timbung yang ramah dan selalu tersenyum ikhlas tak kalah manis dari senyum pelayanan professional di restauran-restaurant sehingga menambah nikmatnya timbung, tak terasa sudah beberapa potong saya habiskan. setiap kali memulai traveling saya dari timur dan melewati kopang tidak pernah lupa membeli beberapa potong timbung untuk saya nikmati dijalan, tak jarang para pedagang itu menawarkan beberapa potongan tambahan secara gratis jika saya membeli lebih dari 5 potong. Sikap yang harus benar-benar ditiru dari mereka, mereka ikhlas memberi tambahan walaupun harga satu potong timbung hanya seribu rupiah.
ayo cintai dan kenali lebih dekat makanan tradisional kita. bagaimanapun ini merupakan warisan dari nenek moyang kita yang musti kita jaga, cintai dan lestarikan. jaya terus kuliner sasak. makyus...
0 komentar:
Post a Comment
Blog ini bersifat DoFollow. silahkan tinggalkan komentar yang sesuai dengan konten artikel. komentar yang tidak perlu akan kami hapus. Terima Kasih Atas Kunjungannya.