Saturday, July 2, 2011

Sejarah Panglima dunia Sumber inspirasi dan motivasi

Kesatria Padang Pasir

Salahuddin AL-Ayyubi (Saladin)

Ada dua kesan yang menyebabkan Salahuddin dipandang sebagai kesatria sejati, baik oleh kawan maupun lawan. Pertama adalah soal kepiawaiannya dalam taktik pertempuran. Kedua tentang kesalehan dan kemurah hatiannya. Bulan Juli 1192, sepasukan muslim menggerebek 12 tenda prajurit kristen, termasuk tenda kerajaan Raja Richard I, di luar benteng kota Jaffa. Richard yang terusik segera bangun dan bersiap bertempur. Pasukannya kalah jumlah, 1:4. Tak peduli, Richard berjalan kaki mengikuti pasukannya menyongsong musuh.  Salahuddin yang melihatnya, berguman dengan tenang pada saudaranya, al-Malik al-Adil, “Bagaimana mungkin seorang raja berjalan kaki bersama prajuritnya? Pergilah, ambil dua kuda Arab ini dan berikan padanya. Katakan padanya, aku yang mengirimkan untuknya. Seorang laki-laki sehebat dia tidak seharusnya berada di tempat ini dengan berjalan kaki.”
Fragmen di atas dicatat sejarawan kristen dan muslim sebagai salah satu pencapaian tertinggi Salahuddin Al Ayubi sebagai seorang ksatria. Walau berada di atas angin, dia tetap menginginkan pertempuran yang adil bagi setup musuhnya.
Suriah Mesir
Salahuddin dalam lukisan kepingan uang Dirham

Salahuddin lahir di sebuah kastil di Takreet, tepi Sungai Tigris di Irak pada tahun 1137 Masehi atau 532 Hijriyah. Name aslinya adalah Salah al-Din Yusuf bin Ayub. Ayahnya, Najm ad-Din masih keturunan Kurdi dan menjadi pengelola kastil tersebut bersama adiknya, Shirkuh. Pada saat menjelang kelahirannya, terjadi peristiwa sedih dalam keluarga besarnya. Shirkuh bertengkar dan kemudian membunuh komandan gerbang kastil yang bernama Isfahsalar. Shirkuh mendapat laporan dari seorang wanita yang telah dilecehkan sfahsalar. Akibat peristiwa tersebut, keluarga besar Najm ad-Din diusir.
Mereka kemudian bertolak ke Mosul. Di Mosul, mereka bertemu dan membantu Zangi, seorangpemimpin Arab yang mencoba menyatukan wilayah Islam yang tercerai-berai dalam beberapa wilayah kerajaan kecil seperti Suriah, Antiokhia, Aleppo, Tripoli, Horns, Yerusalem dan Damaskus. Zangi yang beraliran Sunni berhasil menjadi penguasa di seluruh Suriah dan bersiap menghadapi serbuan Tentara Salib dari Eropa yang saat itu sudah mulai memasuki tanah Palestina.
KHARISMA - Walaupun menjadi lawan, orang Eropa mengakui Salahuddin sebagai Sultan yang sangat berkuasa. Dalam gambar yang dibuat pelukis Eropa, tampak Salahuddin menggenggam bola dunia. Lambang bahwa Salahuddin sangat berkuasa
Zangi meninggal tahun 1146 setelah menundukkan Edessa, sebuah propinsi pendukung Eropa, dan kemudian digantikan oleh Nuruddin. Di bawah bimbingan Zangi dan Nuruddin, pelan-pelan Salahuddin yang bertubuh kecil, rendah hati, santun, penuh belas kasih namun juga cerdas ini menemukan jalan hidupnya.
Pada tahun 1163, Nuruddin mengutus Shirkuh untuk menundukkan Mesir yang dipimpin kekhalifahan Fatimah yang beraIiran Syi’ah. Setelah mencoba kelima kalinya, Shirkuh berhasil menundukkan Mesir tanggal 8 Januari 1189. Namun dua bulan kemudian, dia meninggal secara mendadak dan diperkirakan diracun.
Free Website Hosting

Nuruddin kemudian mengangkat Salahuddin menggantikan Shirkuh. Salahuddin dianggap masih sebagai bocah yang lembek dan lemah sehingga mudah dikontrol. Nurruddin tentu tidak mempunyai pesaing kuat yang mempunyai kekuasaan besar di Kairo. Namun prediksi Nuruddin ternyata salah.
Salahuddin segera mengorganisir pasukan dengan mengembangkan perekonomian untuk menghadapi serbuan balatentara Salib yang ingin merebut Mesir. Dalam kurun waktu 1169 hingga 1174 itu, Mesir di bawah pimpinan Salahuddin menjelma menjadi kerajaan yang kuat. Serbuan tentara Salib berkali-kali dapat dipatahkan. Namun kegemilangan Salahuddin malah membuat Nuruddin khawatir. Hubungan keduanya memburuk dan pada tahun 1174 itu Nuruddin mengirim pasukan untuk menundukkan Mesir.
Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Saat armadanya tengah dalam perjalanan, Nuruddin meninggal dunia pada ranggal 15 Mei. Kekuasaan diserahkan pada putranya yang barn berusia 11 tahun. Pertempuran urung terjadi. Bahkan Salahuddin berangkat menuju Damaskus untuk menyampaikan belasungkawa. Kedatangannya dielu-elukan dan diharapkan mau merebut kekuasaan. Namun Salahuddin yang santun malah berniat menyerahkan kekuasaan pada raja yang masih belia namun sah.
Ketika raja belia tersebut tiba-tiba juga sakit dan meninggal dunia, mau tak mau Salahuddin diangkat menjadi Sultan bagi kekhalifahan Suriah dan Mesir, pada tahun 1175.

Hattin

Pada waktu Salahuddin berkuasa, Perang Salib telah memasuki fase kedua. Walaupun tentara Salib berhasil menguasai kola suci Yerusalem (Perang Salib fase pertama), namun mereka tidak berhasil menaklukkan Damaskus dan Kairo. Bahkan Zangi berhasil membebaskan Edessa yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Eropa. Kekuatan Muslim sedang menuju (alan kemenangan, menurut sejarawan Arab.
Dengan menguasai Mesir dan Suriah, Palestine. Ketika dinobatkan menjadi Sultan, Salahuddin berujar, ” Saat Tuhan memberiku Mesir, aku yakin Dia juga akan memberiku Palestina! Namun seat itu antara Salahuddin dan Raja Yerusalem, Guy de Lusignan mengadakan gencatan senjata.
Fase ketiga Perang Salib dipicu penyerangan rombongan peziarah dari Kairo yang hendak menuju Damaskus oleh Reginald de Chattillon, penguasa kastil di Kerak yang juga merupakan bagian dari kerajaan Yerusalem. Kafilah yang hendak menunaikan haji ini juga membawa saudara perempuan Salahuddin. Pengawal kafilah dibantai dan anggota rombongan ditahan, termasuk saudara perempuan Salahuddin. Dengan demikian, gencatan senjata berakhir dan Salahuddin sangat murka.
Pada Mares 1187, setelah bulan suci Ramadhan, Salahuddin menyerukan Jihad. Pasukan muslim mulai bergerak, menaklukkan satu persatu benteng-benteng pasukan kristen. Puncak kegemilangan Salahuddin terjadi pada pertempuran di kawasan Hattin.



Tangga13 Juli yang kering, 25.000 tentara muslim mengepung tentara kristen yang berjumlah sedikit lebih besar, di daerah pegunungan Hattin yang menyerupai tanduk. Pasukan muslim terdiri dari 12.000 kavaleri dan sisanya infanteri. Kavaleri mereka yang merupakan pasukan utama, menunggang kuda Yaman yang gesit. Mereka juga menggunakan pakaian katun ringan yang disebut kazaghand, untuk meminimalisir pangs terik padang pasir. Mereka terorganisir dengan baik, karena menggunakan bahasa yang same yaitu bahasa Arab. Dengan dibagi dalam skadron-skadron kecil, mereka menggunakan taktik hit and run.
Sementara pasukan kristen dibagi dalam tiga bagian. Bagian depan pasukan terdiri dari ordo (kristen) Hospitaler yang dipimpin Raymond dari Tripoli. Bagian tengah terdiri dari batalion kerajaan yang dipimpin oleh Raja Guy de Lusignan yang membawa Salib Sejati sebagai jimat pasukan. Bagian belakang terdiri dari ordo (kristen) Templar yang dipimpin oleh Balian dari Ibelin. Namun bahasanya bercampur antara lnggris, Perancis dan beberapa bahasa Eropa lainnya. Seperti lazimnya tentara dari Eropa, mereka semua mengenakan baju zirah besi.
Salahuddin memanfaatkan celah-celah ini. Malam harinya, pasukannya membakar rumpus kering di sekelilingpasukan kristen yang sudah sangat kepanasan dan kehabisan air. Keesokan harinya, Salahuddin membagikan anak panah tambahan pada pasukan kavaleri. Gunanya untuk membabat habis kuda-kuda tunggangan musuh. Tanga kuda dan payah karena kepanasan, pasukan kristen tampak menyedihkan.
Akibatnya sungguh mengenaskan bagi pasukan kristen. Hampir semua pasukan terbunuh. Raymond dari Tripoli dan Balian dari Ibelin berhasil lolos. Namun Raja Guy dan Reginald de Chatillon berhasil ditangkap. Jimat Salib Suci berhasil direbut pasukan muslim dan dibawa ke Damaskus sebagai barang rampasan. Terhadap semua tawanannya, Salahuddin memberi dua pilihan. Menerima Islam dan dibebaskan atau menolak tapi dieksekusi. Chatillon yang menolak langsung dipancung. Namun pilihan itu tidak herlaku bagi Raja Guy. Salahuddin memberi alasan, “Sesama raja tidak boleh saling membunuh!”
Beberapa tahun kemudian, Raja Guy berhasil ditebus oleh pasukan kristen dan dibebaskan.

Yerusalem

Dari Hattin, Salahuddin bergerak membebaskan kota-kota Acre, Beirut dan Sidon di Utara. Dia juga bergerak membebaskan Jaffa, Caesarea, Arsuf hingga Ascalon di Selatan. Sekarang saatnya membebaskan kota impian, kota suci Yerusalem. Dalam membebaskan kota-kota tersebut, Salahuddin senantiasa mengedepankan jalan diplomasi, yaitupenyerahan kota secara sukarela, laripada pasukannya menyerbu kota.
MAKAM SEDERHANA -Sehagai pemimpin besar, Salahuddin terkenal amat sederhana. Saat wafat, ia hanya meninggalkan harta 66 Dirham Nasirian. Makamnya di Damaskus terlihat sederhana
Pasukan Salahuddin mulai mengepung Yerusalem pads tanggal 26 September. Saat itu pasukan kristen di kota suci dipimpin oleh Balian dari Obelin dan mempertahankan kota dengan gigih. Namun pada tanggal 30 September, Salahuddin menerima tawaran perdamaian Balian. Yerusalem diserahkan dan orang kristen dibebaskan dengan tebusan tertentu. (Fragmen ini pernah di filmkan Hollywood dengan judul Kingdom of Heaven)
Salahuddin menunda masuk ke kota suci selama dua hari, menunggu hingga tanggal 2 Oktober 1187 ataubertepatan dengan tanggal 27 Rajah 583 H. Tanggal itu merupakan tanggal saat Nabi Muhammad SAW melakukan mikraj (perjalanan menembus langit untuk bertemu Allah SWT) dari Masjid al-Aqsa yang terdapat di Yerusalem.
Di kota ini, Salahuddin lagi-lagi menampilkan sikap yang adil dan bijaksana. Masjid al-Aqsa dan Kubah Batu (Dome of Rock) yang sempat dijadikan markas Ordo Templar dan gereja kristen, segera dibersihkan. Namun demikian, Gereja Makam Suci tetap dibuka dan ia tetap mempersilahkan umat kristen untuk melakukan ibadah dan aktifitas di situ. Demikian juga – kaum Yahudi tetap dipersilahkan beribadah dan melakukan aktifitas sewajarnya. Kebijakan ini sempat menerima tentangan dari pendukung-pendukungnya. Namun Salahuddin berujar, “Muslim yang bails harus memuliakan tempat ibadah agama lain!”
Salahuddin sendiri tidak tinggal di istana megah. Ia justru tinggal di masjid kecil bernama Al-Khanagah di Via (jalan Do-lorossa, dekat Gereja Makam Suci. Kantornya terdiri dari dua ruangan berpene¬rangan minim yang luasnya nyaris talc mampu menampung 6 orang yang duduk berkeliling. Salahuddin sangat menghindari korupsi yang wring menghinggapi pars raja pemenang perang.
Setelah Salahuddin kembali menguasai Yerusalem, maka kota suci dari tiga agama (Yahudi, Kristen dan Islam) ini tidak berpindah tangan dari penguasa muslim hingga abed ke-20, Setelah Perang Dunia I, ketika daerah Palestina dikuasai Inggris dan akhirnya diserahkan pada kaum Yahudi untuk dibentuk negara Israel.
Kompleks pemakamannya terletak di sebuah masjid Ummayad di sebelah Utara masjid Agung Damaskus

Salahuddin juga berhasil mempertahankan Yerusalem dari serbuan prajurit kristen pimpinan RichardSi Hati Singa“. Richard mengepung Yerusalem dua kali, yaitu bulan Desember 1191 dan bulan Juni 1192. Namun Salahuddin mampu membuat Richard frustasi dan akhirnya kembali ke Eropa tanpa pernah menyentuh tanah Yerusalem.
Salahuddin meninggal pada 4 Maret 1193 di Damaskus. Para pengurus jenazahnya sempat terperangah karena ternyata Salahuddin tidak mempunyai harta. Ia hanya mempunyai selembar kain kafan lusuh yang selalu dibawanya dalam setiap perjalanan dan uang senilai 66 dirham Nasirian (mata uang Suriah waktu itu) di dalam kotak besinya. Untuk mengurus penguburan panglima alim tersebut, mereka harus berhutang terlebih dahulu.
Peta Emperium Kekuasaan Salahuddin
Dari Panglima Tuthmosis Mesir Kuno Hingga Jenderal George Patton Jr.
Sejak masa lalu tatkala orang mulai mengenal peperangan yang terorganisasi, maka yang namanya pimpinan atau komandan atau panglima merupakan suatu kebutuhan, bahkan keharusan. Setiap peperangan pasti memerlukan pemegang komando atau commander untuk mengatur, mengarahkan, dan memimpin serangan maupun pertahanan. Karena itu tak heran apabila ada pameo yang intinya dalam peperangan tak ada prajurit yang jelek, yang ado hanyalah jenderal yang jelek.
TERLUKA-Patton di Perancis tahun 1918. Ia ikut serta dalam Battle of Saint-Mihiel, September 1918, dan terluka oleh peluru senapan mesin. Foto: U.S Army
Dalam sejarah, catatan tertulis pertama dari suatu perang terpimpin adalah dari pertempuran di Megiddo, tahun 1469 SM. catatan ini secara khusus sudah menunjuk bahwa tentara Mesir yang dipimpin Fir’aun pendekar perang Tuthmosis mencapai kemenangan bukan hanya karena taktik bertempurnya yang bogus, tetapi juga berkat kemampuannya mengatur sistem komunikasi aba-aba di tengah berkecamuknya pertempuran. Tanga ada yang menentukan dan mengatur sistem tersebut, maka kemungkinan besar tentara Mesir tidak akan menang dalam pertempuran dengan musuh-musuhnya di Palestine Utara tersebut.
Perkembangan dari waktu ke waktu juga menunjukkan pemimpin dalam perang pun selalu berubah-ubah. Apabila dulunya para panglima langsung dipegang oleh para raja Iskandar Agung, Xerxes, Hannibal d1l), maka ketika zaman menganggap raja juga pimpinan erohanian atau imam, maka komandan perang digantikan orang lain. Biasanya raja menunjuk anggota keluarganya atau kawan dekatnya untuk mewakilinya menjadi panglima perang. Namun tatkala posisi panglima dinilai terlalu berisiko dalam pertempuran, maka kedudukannya di medan pertempuran pun dapat diwakilkan kepada orang-orang kepercayaannya. Kalau pun orang-orang ini belum mahir dalam memimpin tentara, maka mereka akan diajari seni berperang, Frederik Agung dari Prussia (1712-86) merupakan tokoh pembaharuan dalam bidang kemiliteran ini, termasuk antisipasinya terhadap konsep bahwa “perang adalah kepanja¬ngan dari diplomasi.” Meskipun pandangan dan tindakannya memodernkan kemiliteran, namun die sendiri sebagai raja masih suka memimpin sendiri tentaranya di medan perang melawan musuh-musuhnya seperti Austria, Russia, Perancis, dan Saxony.
Begitu pula salah satu pang-lima militer paling jenius da¬lam sejarah, Napoleon Bona¬parte, sewaktu telah menjadi kaiser Perancis pun masih memimpin sendiri peperangan di medan, termasuk petua¬langannya yang gagal ke Mos¬kwa serta pertempurannya yang terakhir di Waterloo. Na¬mun pada mesa-mesa itu, banyak jenderal serta laksa¬mana brilian yang muncul dan memimpin langsung pasukan di ajang pertempuran. Nama¬nama seperti Wallenstein, Suvarov, Nelson, Clive, Ney, von Moltke, Sherman, Bolivar, dan lain-lainnya berkibar dari berbagai medan peperangan. Mereka inilah jenderal yang bersama-sama tentaranya terjun masuk lumpur, bukan hanya memerintah dari tempat aman dan nyaman saja.

Masa depan?

Sampai masa Perang Perancis – Prussia tahun 1870, raja dan para pangeran masih memegang komando dan memimpin langsung pertempuran di lapangan, sesuai dengan pemikiran feodal waktu itu bahwa faktor keningratan merekalah yang mampu melaksanakan otoritas. Pangeran Ruprecht dari Bavaria yang memimpin salah satu Grup Tentara Jerman pada tahun 1918 adalah tinggalan terakhir dari sistem lama tadi. Padahal negara besar lain seperti AS dan Kerajaan Inggris waktu itu sudah lama meninggalkan paham seperti itu. Mereka merintis dan mengedepankan para pemimpin militer profesional untuk memimpin tentara mereka. Apa yang dijalankan mereka ini kemudian diikuti oleh semua negara modern lainnya. Sekalipun begitu, pernah timbul godaan di Inggris untuk kembali ke sistem feodal tatkala PM Churchill mengalami krisis pada pertengahan 1942, dengan keluarnya usul dari parlemen agar Duke of Gloucester diangkat sebagai panglima tertinggi.
Perkembangan kepemimpinan profesional yang memunculkan nama-nama besar sebagai greatest military commanders terus berlangsung hingga masa sekarang tatkala perang konvensional masih terjadi, seperti PD I dan II, Perang Korea, Perang Timur Tengah, dan Perang Vietnam. Nama-nama seperti Ludendorff, Von Mannerheim, Foch, Zhukov, Montgomery, Rommel, Manstein, Yamashita, Patton, Mac Arthur, Eisenhower, Guderian, Giap, Dayan, Schwarzkopf, dan lain-lain terpatri kuat dalam sejarah kemiliteran dunia. Mountbatten dalam PD II juga memperoleh tempat terhormat, tetapi ini memang dari kemampuan profesionalnya dan bukan karena kaftan dengan kebangsawanannya.
Mengingat sifat peperangan dewasa ini, apakah pada masa depan akan dihasilkan lagi nama-nama besar seperti pada masa¬masa lalu ? Apabila menilik sifat peperangan dewasa ini, maka sejauh peperangannya lebih merupakan konflik gerilya seperti yang terlihat di berbagai bagian dunia, termasuk di Irak dan Sri Lanka scat ini, maka tampaknya nama-nama besar tak akan ada lagi. Boleh jadi local military heroes tetap akan muncul seperti Che Guevara, tetapi mereka ini tidak lagi mengalami kesempatan seperti yang dilakoni para panglima pada masa lalu. Setidaknya mereka tidak lagi dapat menampilkan ke¬jeniusan dalam skala sebagaimana yang dikenyam para pendahulu. Sementara itu seandainya peperangan besar masa depan sampai dilakukan dengan senjata nuklir, maka dapat dipastikan tidak akan ada pemimpin besar militer yang akan dihasilkan. Sebab para panglima memimpin peperangan hanya dari ruang operasi dan tidak lagi bersama-sama prajuritnya mengendarai tank dan berkubang di medan perang.

Bermacam kriteria

Banyak ulasan mengenai siapa yang patut untuk dimasukkan sebagai greatest military leaders dalam sejarah. Buku biografi tentang mereka pun banyak diterbitkan, baik berupa biografi perorangan maupun kumpulan dari banyak figur ternama. Buku kumpulan biografi seperti itu cukup banyak meski dengan judul berlainan, seperti The War Lords, Masters of the Battlefields, The World’s Greatest Military Leaders, Generals ini Muddy Boots, A Historical Dictionary of Military Leaders, dan lain-lainnya. Tetapi yang menarik adalah perbedaan pandangan dari para penyusunnya, mengenai kriteria tokoh-to¬koh militeryangpantas mereka cantumkan dalam buku masing-masing. Pandangan subyektif tentu mengemuka. Tetapi figur yang pasti diterima bersama pun lebih banyak lagi. Karena itu apa yang diseleksi untuk Angkasa Koleksi edisi ini pun lebih didasarkan dari figur yang telah diterima umum sebagai the greatests, ditambah beberapa nama dari local heroes yang ada dalam sejarah nasional kita sendiri.
Kriteria para penulis atau sejarawan militer untuk menentukan the greatest bagi figur-figur militer tadi umumnya didasarkan berbagai unsur penilaian. Seperti apakah ukurannya hanya dilihat dari kesuksesan atau kejayaan sebagai panglima ? Kenyataannya tidaklah sesederhana itu, seperti terlihat pada contoh dua figur jenderal terhebat dalam sejarah, Napoleon Bonaparte dan Robert E. Lee. Mereka pada akhirnya tidak berjaya, malah gagal dan kalah dalam perang. Begitu pula ukuran pengalaman atau pun pendidikan dan latihan sebagai tentara profesional amat penting. Tetapi lihatlah contoh dalam sejarah, seperti Jeanne d’Arc atau pun Oliver Cromwell yang mencapai kemasyhuran karena kemenangan perang mereka, yang bahkan mengubah sejarah secara signifikan. Padahal mereka semula bukan militer, bahkan pada diri mereka tak pernah terpikirkan untuk memimpin tentara atau pun berperang serta menang.
Keberanian di tengah kancah pertempuran juga dihargai dan diperhitungkan dalam menilai panglima yang baik, karena ha itu akan menyemangati, bahkan menjad teladan bagi anak buahnya. George Arm strong Custer tidak disangkal adalah tip pemimpin militer pemberani tersebut, se hingga dalam Perang Saudara Amerika ter catat delapan kudanya pun sampai terkem tembakan musuh. Namun kemudian ” toh terkenalnya dalam sejarah adalah akibai bencana atas pasukannya dalam peristiwa Little Big Horn tahun 1876 tatkala berperang dengan orang Indian. Kepercayaan diri memang vital pada setiap jenderal yang baik dan hal itu pun sepenuhnya dimiliki oleo Custer, tetapi toh itu malah dianggap sebagai salah satu penyebab kejatuhan namanya.
Pada pihak lain, ada pula pemimpin militer yang dipuja dan dicintai anak buahnya, dan hal ini tentunya bagus karena akan memberi motivasi dan semangat Padahal di balik itu sebetulnya ada kekurangan yang melekat pada dirinya untuk menjadi pemimpin militer yang baik, seperti terjadi pada George McClellan, Panglima Tentara Potomac dalam perang saudara di AS. Anak buahnya begitu menyukainva dan memberi julukan kesayangan “Little Mac” baginya. Tetapi sesungguhnya dia memiliki sikap arogan, lamban, dan mudah gentar sehingga Presiders Lincoln kecewa berat terhadap dirinya sebagai pemimpin militer.
Ukuran kehebatan seseorang commander juga dapat dilihat dari kemauan dan keberanian untuk mencoba terus terhadap hal-hal yang rasanya tak mungkin, against all odds. Jenderal yang tercatat berhasil menunjukkan kemampuan itu antara lain George Washington dan Willem dari Orange, yang masing-masing akhirnya berhasil mengalahkan musuh-musuh lebih kuat karena sifat mereka yang ulet, tak mudah patch. Ada pula pemimpin militer yang terkenal karena kemampuannya untuk “main drama”, dengan mengeksploitasi keberhasilannya dalam pertempuran, sehingga menumbuhkan mitos terhadap dirinya, seperti yang terjadi pada Jenderal George Patton, Jr.
Ada pula penilaian bahwa panglima yang hebat adalah yang mampu bicara apa adanya, termasuk terhadap lawannya, sebagaimana ditunjukkan oleh tantangan panglima Sparta Leonidas terhadap Raja Xerxes dari Persia dalam pertempuran di Thermopylae yang terkenal itu. “Kalau kamu menginginkan ini, datanglah dan ambillah!” Memang, sesungguhnya menentukan ukuran good commanders begitu bervariasi, dan sering lebih tergantung pads penilaian subyektif. Karena itu tambahan kriteria pun menjadi semakin banyak, seperti keberanian bertanggung jawab terhadap kegagalan, kemampuan membuat keputusan secara cepat, tepat, dan mengeluarkan perintah yang singkat dan jelas, kepandaian memilih bawahan yang dapat diandalkan serta keyakinannya dalam memberi kepercayaan, dan,seterusnya.
Begitu banyak ukuran yang dapat diterapkan sehingga seorang pemimpin militer dapat dimasukkan sebagai the greatests, masters, warlords, dan lain-lainnya. Tetapi tidaklah mungkin segala kelebihan atau ukuran kebaikan tersebut dapat dianugerahkan kepada seorang tokoh militer betapa pun hebatnya dia dalam peperangan dan sejarah.
Namun setidaknya mereka-mereka inilah yang dinilai telah meraih sebagian dari berbagai kriteria tadi. “Mereka inilah parer jenderal yang berjuang di front bersama pasukannya, berdiri bersamasama mereka di antara desingan pelor dan siulan peluru meriam, serta menyaksikan teman-teman mereka jatuh dan coati…” begitulah penggambaran oleh Kol. Walter J. Boyne, seorangpensiunan perwira USAF yang jugs penulis kemiliteran terkenal

Heinz Wilhelm Guderian
Bapak Perang Tank
Heinz Wilhelm Guderian dikenal sebagai pionir dari perang lapis baja. Namun siapa sangka, pria kelahiran Prussia ini memulai perjalanan karir militernya justru sebagai projurit infanteri bukan dari unit lapis baja.
Banyak tokoh-tokoh militer semasa PD II merupakan veteran prajurit semasa PD I. Salah satu di antaranya adalah Heinz Wilhelm Guderian. Guderian, begitu biasa disebut, memulai kehidupan militernya dalam unit komunikasi pasukan Jerman selama PD I. Hal ini pula yang lantas menyadarkannya betapa penting unsur komunikasi dalam memenangkan sebuahpertempuran. Ketika pertempuran di Verdun pecah 1916, Guderian masuk sebagai staf di satuan Crown Prince. Pertempuran ini membawa hikmah tersendiri. Baginya pertempuran darat di masa mendatang bakal digelar dengan cara lain. Bukan lagi dalam bentuk perang parit.

Antara PD I dan PD II Guderian betul-betul tekun mempelajari teori pertempuran yang ditulis oleh dua orang Inggris yaitu Liddell Hart dan Fuller. Ia benar-benar terkesan dengan konsep mereka bahwa satuan lapis baja bermotor merupakan unsur utama pasukan darat dan bukan cuma sekedar pendukung gerakan infanteri. Pada masa itu Guderian memangku jabatan sebagai komandan sebuah batalion bermotor AD Jerman. Di sela-sela kesibukannya ia menyempatkan dirt untuk menulis buku berjudul Achtung-Panzer! Isinya tak lain merupakan analisa tentang kesuksesan dan kegagalan Sekutu saat memakai elemen lapis baja dalam PD I.
RUSIA-Guderian (tengah) sedang berbincang-bincang degnan seorang perwira Rusia, Brigadir S. Krivoshein saat menyaksikan parade militer di Bern. Parade ini digelar setelah Jerman menggelar invasi ke Polandia

Ketika Adolf Hitler mulai memegang kekuasaan di Jerman, Guderian dianggap sebagai salah satu orang militer berbakat dan idenya cukup membuat hati sang fuhrer tertarik. Tahun 1935 ia dipromosikan menjadi komandan divisi lapis baja ke-2 AD Jerman 2nd Panzer Division). Promosi ini sekaligus jadi pembuka jalan baginya untuk menerapkan segala ide tentang satuan lapis baja yang ada di kepalanya.

Manuver Kecepatan

Terobosan-terobosan yang dilakukan dalam membangun unit-unit lapis baja AD Jerman membuat karir militer Guderian melejit makin cepat. Ketika Hitler meme¬rintahkan penyerbuan ke Polandia (1939), ia memimpin korps lapis baja ke-19 AD Turman (XIX Panzer Corps). Satuan lapis baja ini kembali dilibatkan dalam serbuan ke Perancis tahun 1940.
Berbekal semua pengetahuan yang di¬miliki sebelumnya, macam kerapian komunikasi, pelajaran Sekutu semasa PD I plus kecepatan gerak, Jerman berhasil men¬jebol garis pertahanan Sekutu di Perancis. Pasukan lapis baja Guderian bergerak secepat kilat merangsek menyeberangi Sungai Meuse, Sedan tanpa menunggu dukungan jembatan ponton dari satuan-satuan zeni AD Jerman.
Manuver kilat Guderian ini membuat kekuatan darat Sekutu terbelah due den pasukan yang dipimpinnya sudah mencapai garis pantai Perancis hanya dalam tempo delapan hart. Perancis sendiri bisa dikuasai Jerman hanya dalam waktu enam minggu kampanye militer. Sebagai ganjaran etas kehebatannya di lapangan, Hitler kembali mempromosikan pangkat Guderian menjadi Kolonel-Jenderal. Pangkat ini satu tingkat lebih tinggi ketimbang field-mar-shal.
Biarpun sudah menjadi perwira tinggi, Guderian tetap diperintahkan untuk turun langsung ke lapangan. Medan tempur yang dilakoninya kali ini adalah Rusia. Dalam operasi ini ia memegang satu grup dari empat grup Panzer yang dimiliki Jerman. Unit yang dipimpinnya ini mengusung name Panzer-armee Guderian atau kemudian lebih dikenal dengan kode 2,d Panzer Army.
Seperti saat bertugas di Eropa Barat, Guderian juga bermain dengan unsur kecepatan. Dalam waktu singkat pasukan¬nya mampu masuk ribuan kilometer ke dalam wilayah Rusia. Enam minggu kemudian pasukan panzer Guderian sudah sampai 200 km dari ibukota Rusia, Mos¬kow. Gerakan cepat menembus pertahanan lawan yang dilakukan Guderian ini membuat ia kerap dijuluki prajuritnya dengan sebutan “hurry-on Heinz”.

Terganjal Hitler

Kesempatan buat merebut ibukota Rusia rupanya dianggap sepi oleh Hitler. Sang fuhrer berkeinginan untuk menggeser pasukan panzer Guderian ke front Selatan. Guderian kurang setuju dengan keputusan ini. Friksi di antara keduanya memuncak menyusul serangan balik dari Rusia.
Sebagai puncaknya, sejak Februari 1943 Hitler akhirnya memindahkan posisi Guderian tak lebih sebagai inspektor untuk seluruh unit-unit Panzer. Suatu posisi yang otomatis memutus meta rantai Guderian dengan pasukannya. Sejak saat itu hubungan keduanya tak pernah pulih lagi. Upaya Hitler mengangkat Guderian sebagai kepala staff (chief of the general staff) setelah insiden percobaan pembunuhan sang fuhrer pada Juli 1944 tak bisa membangkitkan semangat perang Guderian. Tepat 21 Maret 1945 ia mengun¬durkan dirt dari jabatannya. setelah Jerman jatuh, AS menggiring Guderian sebagai penjahat perang. Namun demikian Sekutu tak pernah menjatuhkan sangsi apapun. Bapak perang tank asal Jerman ini wafat 14 Mei 1954. Selama hayatnya ia sempat melansir tujuh buku tentang taktik perang darat.

“Keep Advancing”

Bisa jadi Heinz Wilhelm Guderian merupakan tipikal orang lapangan sejati. Saat memimpin pasukannya la kerap eradatepat di belakang unit-unit pendobrak. Baginya komunikasi adalah segala-galanya. Dungan demikian make segala informasi, mulai dari markas besar, staf-staf bawahannya, sampai perkembangan situasiterkini bisadidapatnya dengan cepat. Di lapangan Guderian punya sejumlah ciri khas tersendirl. Ke manapun ia bergerak, sebuah kendaraan komunikasi lengkap dengan perangkat Enigma selalu mengikutinya. Bagi anak buahnya, perintah Guderian selalu bisa ditebak. “Keep advanc-ing” (terus maju), begitulah perintah yang biasa meluncur dari mulutnya.

Sumber:http://sejarahperang.com

Baca Juga

Sejarah Alphabet

Sejarah Komet Halley

Bukti Sejarah, Ditemukannya kereta fir'aun di Laut Merah

Tambora The Greatest Crater in Indonesia

Sejarah Sistem Operasi Linux, arsitektur dan pengembanganya

Sejarah Panglima dunia Sumber inspirasi dan motivasi

0 komentar:

Post a Comment

Blog ini bersifat DoFollow. silahkan tinggalkan komentar yang sesuai dengan konten artikel. komentar yang tidak perlu akan kami hapus. Terima Kasih Atas Kunjungannya.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More