ilustrasi oleh: ibu Murti Bunanta |
diatas adalah penggalan kisah Putri Mandalika Nyale yang berkembang di Lombok, kisah Putri Mandalika menyimpan pesan moral dan filosofi yang sangat dalam. Sumber berikut ini saya dapatkan melalui seorang Budayawan (RK Syamsuddin). beliau mengatakan Legenda Putri Mandalika yang difahami sebagai Kisah nyata adalah "Kurang Tepat", cerita putri mandalika adalah salah satu cerita yang dibuat oleh para sunan Wali Songo pada saat berdakwah di Lombok menyebarkan agama Islam. Cerita Putri Mandalika sebenarnya adalah sebuah cerita yang sarat dengan kaedah sastra, penuh dengan pesan moral dan filosofi tentang menuntut ilmu.
Mandalika, merupakan sebuah kata dari bahasa sansekerta berasal dari kata Mandala yang artinya Empat. Mengapa empat? Lombok mempunyai empat kerajaan besar saat itu yaitu: Bayan, Sileparang/Selaparang, Pejanggik dan Pujut. Masing-masing mempunyai pangeran yang ikut dalam sayembara memperebutkan Putri Mandalika. Empat Pangeran dari masing-masing kerjaan menyimbolkan sifat penuntut Ilmu, dimana disebutkan keempat pangeran tersebut mempunyai satu sifat yang khas yang dominan. Pangeran dari Kerajaan Bayan adalah seorang pangeran yang mempunyai kesabaran yang tinggi, Pangeran dari Kerajaan Pejanggik adalah pangeran yang mempunyai jiwa teguh pendirian , Pangeran dari Kerajaan Pujut mempunyai tingkat ketaqwaan yang tinggi serta sangat ikhtiar dan berserah diri, dan terakhir adalah pangeran dari Kerajaan Sileparang mewarisi sifat gigih dan tak pantang menyerah.
Selain cantik, Mandalika adalah seorang putri yang mempunyai kesaktian yang tinggi, sehingga para pangeran kesulitan untuk menangkap putri Mandalika hingga berkilo-kilo meter dan bahkan tak tertangkap. Jalan-jalan yang dilalui Mandalika dan pangeran yang mengejarnya menyimbolkan sebuah proses penuntutan yang panjang menuju Ilmu Allah yang sangat luas yang tidak didapatkan semudah membalik telapak tangan. Telah sangat jauh saling mengejar sehingga Mandalika menemukan laut bertebing dan menjatuhkan dirinya kelaut. Mandalika hanyut ditelan ombak dan hilang dilautan luas. Hilangnya mandalika di lautan luas menyimbolkan perjalanan panjang. Penuntut akan menemukan lautan Ilmu Allah yang sangat luas dan tak terhingga oleh fikiran manusia. Tak satupun dari keempat pangeran dapat memiliki Mandalika, ini menyimbolkan bahwa Ilmu tidak didapatkan jika si penuntut hanya memiliki sifat dari salah satu pangeran tersebut. Ilmu tidak bisa didapatkan jika hanya bersabar itulah mengapa Mandalika bukan milik pangeran Bayan. Ilmu tidak didapatkan hanya dari berdoa itulah mengapa Mandalika bukan milik pangeran Pujut. Namun dengan menjatuhkan diri kelaut, Mandalika telah menjadi milik keempat pangeran tersebut. artinya Ilmu Allah yang sangat luas yang disimbolkan dengan laut hanya akan didapat oleh seorang yang mewarisi sifat keempat pangeran dari Lombok tersebut.
RK Syamsuddin menambahkan, cerita Mandalika ini adalah cerita turun temurun yang oleh orang tua kita terdahulu hanya memahaminya sebagai sebuah cerita. tidak menyerap cerita tersebut menjadi sebuah pesan moral yang ingin disampaikan oleh para Wali Songo dalam dakwahnya menyebarkan Islam. Cerita mandalika lebih banyak difahami sebagai sebuah cerita nyata, jika didengarkan secara sepintas hanya cerita biasa saja, tidak berbeda dengan cerita-cerita lainnya dimasa sekarang. Namun mari kita ambil i'tibar dari cerita orang-orang tua kita terdahulu yang sebenarnya menuntut kita untuk berfikir mencari pesan-pesan moral untuk kehidupan mendatang.
Sungguh ku bangga jadi anak Lombok, Lombok menyimpan begitu banyak kekayaan yang menunggu kita untuk menggalinya. Ayo Meton, kita cintai Gumi Sasak kita!
Semoga ini menjadi inspirasi.