Cerita ini merupakan salah satu cerita lama yang menjadi dongeng sebelum tidur anak sasak masa lampau. jika Anda berasal dari keluarga sasak. Anda pasti tahu, minimal mengingat penggalan cerita mengenai Tuntel dan Godek. Biasanya orang tua kita terdahulu membawakan cerita ini dengan nada dan irama yang khas disaat mencotohkan sedikit scene tentang godek yang memanggil tuntel dicerita tersebut, kita sudah tertidur ketika cerita sampai pada akhir scene dan tidak pernah sempat berfikir siapakah tetuntel-tuntel dan tegodek-godek. (Bacalah sampai habis cerita ini jika ingin mengerti lebih jauh siapa Tuntel dan siapa Godek)
Cerita tegodek-godek ini merupakan rangkuman dari sebuah takepan Kuno (Kitab kuno sasak berbahan lontar) berjudul "Monyeh", berisi kisah yang ditulis dengan keadah sastra tinggi sarat pesan moral yang kiranya sulit untuk difahami kaum awam. Intisari dari kitab tersebut dikemas menjadi sebuah dongeng dengan bahasa sederhana dan ringan yang kemudian dikisahkan kepada para pengikut-pengikut sunan terdahulu, cerita tersebut oleh para sunan diberikan judul Tetuntel-Tuntel dait Tegodek-Godek (Tuntel dan Godek - Tuntel=Kodok, Godek=Kera).
Alkisah, tuntel dan godek adalah Dua sahabat akrab yang selalu bersama dalam banyak hal termasuk mencari makanan. Godek yang lincah dan banyak akal selalu saja mempunyai cara untuk mendahului atau lebih menang dari tuntel akan tetapi hasil selalu nihil alias selalu mendapatkan mudharat.
Pada suatu hari, Godek mengajak tuntel yang sedang bermain untuk menunggu pisang hanyut di sungai. Sebelum mengajak Tuntel. Ketika sampai di pinggir sungai, kedua sahabat ini menunggu pisang yang hanyut untuk mereka bawa pulang. Setelah lama menunggu akhirnya kesabaran mereka berbuah hasil, terlihat dari kejauhan ada sebuah batang pisang lengkap dengan daun dan akarnya hanyut terbawa arus sungai. Si Godek segera beraksi dengan akal bulusnya dengan menyuruh tuntel untuk berenang dan mengambil batang pisang tersebut dengan alasan Bangsa Godek/Kera tidak berani terkena air. Tanpa berfikir panjang tuntel segera berenang untuk mengambil pisang tersebut dan dibawanya ke tepi sungai. Ketika sampai tepi sang Godek yang penuh tipu muslihat langsung mengambil bagiannya tanpa persetujuan Tuntel. Godek mengambil Pucuk pisang berisi buah yang sudah matang, tidak ada pilihan bagi tuntel untuk memilih, akhirnya dengan ikhlas tuntel mengambil pangkal dan umbi pisang tersebut. Godek yang banyak akal segera memakan dengan sangat lahap dan rakus, setelah habis Godek segera memanggil tuntel dan berkata "Ayo kita tanam pohon pisang ini, saya akan tanam pucuknya dan kamu tuntel tanam pangkal umbinya". Nanti setelah berbuah saya akan petik untuk kamu karena kamu tidak bisa memanjat pohon seperti saya"(Godek berfikir akan lebih cepat medapatkah hasil jika menanam Pucuknya karena buahnya terdapat di pucuk). Begitu liciknya godek, bahkan sebelum menanam dan melihat buah pun Godek sudah mempersiapkan akalnya untuk mendapatkan buah pisang milik tuntel.
Kedua sahabat ini berjalan membawa pulang pohon pisang bagian mereka dan menanamnya dirumah masing-masing. Beberapa hari setelah ditanamam, pisang milik Tuntel mulai tumbuh dan Ujung pisang yang ditanam oleh Godek layu membusuk dan mati.
Singkat Cerita, setelah penantian cukup lagi seumur pisang, akhirnya pisang milik godek mulai berbuah dan matang. Namun, apalah daya seorang tuntel yang hanya kodok tidak dapat memanjat apalagi memanjat pisang. Disaat yang tepat Godek datang dan menawarkan jasanya untuk memetik buah pisang dengan kesepakatan hasilnya akan dibagi dua. Tuntel setuju dengan resolusi yang diberikan Godek, tapi Tuntel juga mengajukan persyaratan agar Godek harus melapaskan pakaiannya dan meniggalkannya bersama tuntel sebagai jaminan. Akhirnya kata sepakatpun didapati dan Godek segara memanjat dengan sangat cepat. Setelah sampai di pucuk melihat pisang yang sudah matang dan sangat lezat keserakahan Godek mulai timbul. Satu persatu pisang itu dilahap, Tuntel dibawah meminta agar dibagikan. Namun, Godek selalu menjawab "Ndqman keruan rase" (Rasanya belum pas, harus saya makan lagi). Akhirnya kesabaran Tuntel mulai terkikis oleh kelicikan Godek. dilihatnya sebuah terumpung kelapa terbalik, tanpa berfikir panjang Tuntel masuk ke tempurung tersebut dengan niat bersembunyi dan menyembunyikan baju Godek yang dibawa.
Lumayan lama berada di dalam tempurung, tak lama Godek yang rakus turun dari pohon pisang karen buah pisang tersebut sudah habis. Otak Godek berfikir lebih lambat karena terlalu kenyang sehingga sempat beberapa saat memikirkan ada hal yang kurang hingga akhirnya Godek menyadari bahwa dia sedang bertelanjang bulat. setelah merasa ada yang kurang dan mengingat bahwa pakaianyna dibawah oleh Tuntel, Godek-pun mulai mencari tuntel dan memikirkan cara agar Tuntel mau mengembalikan pakaiannya. Dengan nada lembut dan terdengar merayu, Godek memanggil Tuntel.
Tuntel Tunte .. Mbe Taokm ... Maeh ulean tangkong kaji (Tuntel kamu dimana, saya mohon kembalikan pakaian saya) 3x
Tuntel tidak menjawab sampai beberapa kali panggilan. Godek tidak berani kemana-mana karena malu dia tidak berpakaian dan telanjang bulat, Sehingga godek mulai putus asa dan duduk diatas tempurun kelapa tempat Tuntel bersembunyi sembari mecoba usahanya lagi memanggil Tuntel.
Tuntel Tunte .. Mbe Taokm ... Maeh ulean tangkong kaji (Tuntel kamu dimana, saya mohon kembalikan pakaian saya)
Mengetahui Godek sedang duduk diatas tempurung tempat dia bersembunyi, Tuntel lalu menjawab. 'Cul' dengan nada aneh dan bukan seperti suara sahutan. mendengar suara aneh keluar dari bawah tempurung yang ia duduki, Godek menjadi takut, lalu mencoba memanggil Tuntel Lagi, diawab lagi dengan nada yang sama 'Cul'... tidak ada kemunculan apapun setelah suara 'Cul' itu, sehingga godek berfikir oh ternyata suara ini keluar dari anu'ku, dan godek marah kepada anu'nya, dimabilnya sebongkah batu lalu dipukul anu'nya sendiri. Sehingga Godek pontang-panting berlarian kesana kemari kesakitan sambil teriak.
Di zaman sekarang bisa dibilang Tegodek Godek lebih banyak dari Tetuntel Tuntel. jika kita fahami makna cerita Tuntel dan Godek tersebut sebenarnya banyak sekali pesan moral dan nilai filosfi yang tersimpan. jika diperhatikan sekilas, sepertinya cerita ini hanya menceritakakan dua tokoh dengan karakter berbeda yang mudah sekali ditebak. namun mari kita lihat dari pemahaman yang berbeda. Jika dilihat dari namanya Tetuntel-Tuntel itu kependekan dari
Tetu Tetu ntan Telengo' jika dibahasakan menjadi bahasa Indonesia berarti Perhatikan dengan benar benar, dan
Tegodek-Godek kependekan dari
Tegode-Gode yang artinya digoda-goda atau orang yang cepat tergoda. Budayawan Sasak R.K.Syamsuddin menerangkan, jika diambil dari nama kedua tokoh tersebut maka dapat ditarik sebuah kalimat
'Tetu-tetu ntan telengok adeqn ndak jari dengan sak tegode-gode' (Perhatikan dengan seksama agar tidak menjadi orang yang cepat tergoda), dunia ini hanya kehidupan sementara, kita harus banyak belajar sehingga tidak cepat tergoda, berambisi, menggunakan tipu muslihat serta mengorbankan apapun untuk mendapatkan kemawahan dunia yang sesaat ini. Jika orang yang cepat tergoda lebih banyak menggunakan nafsu sehingga tergoda untuk melakukan cara apapun untuk mendapatkan keinginannya dalam waktu yang singkat, hal seperti inilah yang digambarkan oleh karakter Tegodek-Godek pada saat mengajak Tuntel menunggu pisang hanyut disungai, buah pisang ia lahap, dan Godek mengambil bagian ujung pohon pisang untuk ditanamam karena berfikir dengan menanam ujungnya pisang tersebut akan cepat berbuah, melihat buah pisang tersebut ada di ujungnya. inilah orang tergoda yang tidak sabar akan hasil, yang di-inginkan hanya hasil tanpa mau menjalankan proses.
Sedangkan jika orang yang berfikir dan memperhatikan seperti Tuntel, ia mengambil pangkal umbinya. Ini menyimbolkan, segala sesuatu itu akan sangat baik jika dimulai dari dasar, pendasaran yang baik akan menjadikan ilmu itu matang jika sudah melewati banyak proses bak matangnya buah pisang.
Begitu Godek mengetahui bahwa pisangnya gagal tak berbuah, dia malu memperlihatkan kegalalanya dan sibuk mencari alibi serta mengatur siasat bagaimana caranya mendapatkan buah pisang milik orang lain, praktik Godek seperti ini banyak sekali terjadi dikehidupan nyata. Bahkan, Seorang pemimpin untuk mendapatkan posisi kepemimpinan banyak melakukan praktek Godek, berjanji, memberikan impian, berbuat dan berfikir keras bagaimana membuat rakyat percaya agar terpilih dan memberikan suaranya. Begitu terpilih dan mendapatkan yang diinginkan ia menjadi seperti Godek yang sudah berada diatas pohon dengan pisang matang disekelilingnya tinggal dipetik dan dinikmati, tanpa mengiraukan siapa yang dibawahnya (si pemilik pohon), memanggil, meminta dan memohon. sang Godek hanya mengatakan
'ndqman keruan rasen' (hmmm ini belum cukup, harus kumakan lagi). Namun kenikmatan seperti itu tidaklah tahan lama, pisang yang dimakan godek tidak bertahan lama dan habis, ini mengibaratkan tak akan lama keserakahan itu berlangsung, dalam satu atau dua periode dia pasti akan turun dan hasil keserakahan itu akan ia terima, seperti Godek yang menerima pembalasan Tuntel sehingga Godek memukul anu'nya sendiri. seperti itulah nanti para pemimpin zholim berwatak Godek itu akan turun dari tahtanya, mempermalukan dirinya, dipermalukan dan semua akibatnya ia tanggung sendiri.
Subhanallahu, begitu luhur makna yang disimpan dongen sebelum tidur anak masa lampau. lalu masih maukan Anda mengisahkan anak-anak Anda dengan kisah-kisah kartun, spiderman, superboy dan kawan-kawannya yang dibuat oleh pabrik dengan berbagai macam kepentingan?? Mudah-mudahan kisah Tetuntel-Tuntel ini tetap menjadi cerita pembawa pesan untuk anak cucu kita dimasa mendatang.
Anda pasti bisa bedakan, siapa Godek dan siapa Tuntel tanpa harus Anda katakan. Mari kita berfikir dan mengambil ibarat, hal inilah yang selalu dipesankan oleh wali songo melalui cerita-cerita yang mereka tinggalkan. Fa'tabiru ya ulil abshor.......
Aku Bangga jadi Anak Sasak.
Sumber: R.K. Syamsuddin
Wassalam,
NizarjOe